Syekh Dahlan Al- Mutamakkin: tokoh karismatik dari Grobogan



Setiap bulan Syawwal hari ke-7, adalah haul agung Truwolu, Kyai Dahlan Al-Mutamakkin. Di makam Agung Kedungcowek, Desa Truwolu, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan.

Beliau Kyai Muhammad Dahlan Al-Mutamakkin adalah putra dari K.H Ahmad Arif bandungsari bin K. Abu Idris Kedungcowek bin K. Abdullah Kracah bin K. Ahmad Yonoyo Kusumo Karangwetan bin K. Muhammad Endro Kusumo Gambiran-Pati. Putra seorang wali yang masyhur, Assyekh Ahmad Al-Mutamakkin, Kajen. Yang putra dari R. Muhammad Kusumo Hadinegoro, Tuban. Yang putra dari K.R. Abdul Khalim ( Pangeran Benowo Kusumo Hadiningrat), bin Sultan Hadiwijoyo Jaka Tingkir, yang berjuluk Pangeran Ing Ngalogo Sayiding Panoto Agomo. Dengan nama asli Pangeran Abdur Rahman- Sultan Pajang.

Adapun jalur ibu, beliau adalah Nyai Syarifah binti K. Hasan Kuro Bandungsari. Dengan nasabnya yang bersambung sampai Mbah Habibah Jatisari, yang bersambung ke Mbah Sambu Lasem (Sayyid Abdurrahman).

Syekh Muhammad Dahlan lahir di Bandungsari- desa yang penuh dengan ulama dan ilmu pada masa itu- pada tahun 1292 H. atau sekitar tahun 1875 M.

Ayahandanya K.H Ahmad Arif sewaktu berhaji di Makkah, selama di sana selalu menghadiri, mendengarkan, dan tidak mau ketinggalan majlis ilmu dari Syekh Ahmad Zaini Dahlan di Masjidil Haram. Ulama yang mengarang kitab bernama Mukhtashor Jiddan, Syarah Jurumiyah. Karena kecintaannya itu, beliau memohon dikaruniai anak laki-laki yang akan dinamai Muhammad Dahlan dan Allah mengabulkannya.

Beliau tumbuh dalam lingkungan ilmu dan akhlak dibawah ayahandanya, K.H Ahmad Arif dan pamannya, K.H Asmu'in Bandungsari. Beliau belajar dan mengkhatamkan Al-Quran serta mendalami ilmu-ilmu agama kepada para Kiyai di Bandungsari. Selalu menghadiri majlis-majlis mereka di setiap pagi, sore, dan selepas sholat magrib. Beliau mempelajari kitab-kitab dasar agama Islam kepada para gurunya. Seperti kitab Safinatun Najjah, Sulamut Taufiq, Taqrib, Tafsir Jalalain, Matan Jurumiyah, dan kitab-kitab matan lainnya.

Beliau sering ke ulama untuk menimba ilmu dan meminta ijazah serta mendapat pandangan dari mereka. Adapun guru-guru beliau untuk menimba ilmu, sangatlah banyak. Diantaranya, sebagai guru utamanya adalah ayahandanya, K.H. Ahmad Arif Bandungsari dan K. Asmu'in Bandungsari. K. Sirodj Kajen, K. Hasyim Padangan Bojonegoro, K. Nasuha Selo, dan K. Baijuru Rembang. Adapun guru futuhnya beliau yang dijadikan sandaran pegangan dalam segala urusannya adalah Al-Allamah Al Waliy As Syekh Muhammad Kholil Bangkalan- Madura.

Beliau memiliki kegiatan dakwah dengan mendirikan dan menjalankan majlis pengajaran di desa-desa. Seperti majlis taklim bulanan di tempat Haji Azhari Wirosari. Di desa Selo dan di majlis-majlis lainnya, sebagai tempat penyampaian ajaran Islam.

Di antara Syekh Dahlan dengan K.H Hasyim Asy'ari memiliki persahaban yang sangat dekat dan saling perhatian. K.H Hasyim Asy'ari mengunjungi Syekh Dahlan guna mempererat tali persaudaraan sebanyak dua kali setelah perpisahan mereka di Tebuireng. Yang pertama adalah ketika di Bandungsari, yaitu kunjungan saling dukung dan menguatkan. Dalam perjumpaan itu, K.H Hasyim Asy'ari meminta pandangannya tentang rencananya mendirikan jam'iyyah Nahdlatul Ulama (NU). Beliau menyetujui, membantu, dan mendukung hanya saja beliau tidak mau masuk dalam jajaran kepengurusan. Yang kedua, ketika K.H Hasyim Asy'ari mendengar keperpindahannya ke desa Truwolu, membuka pondok, mesjid, dan juga rumah baru. Beliau mengunjungi untuk kedua kalinya untuk memberi dukungan dan ingin melihat keadaan sahabat dekatnya itu.

Adapun orang-orang yang mengambil ilmu dari beliau adalah sangat banyak. Diantara yang palimh unggul dari mereka adalah Al Allamah K. Hambali Waturoyo, Kajen. Al Allamah K. Sanusi Cuwaringin, Cirebon. Al Allamah K. Abbas Buntet. Al Allamah K. Zubair Salatiga. Al Allamah K. Bisri Denanyar. Al Allamah K. Thohir Purwodadi. Dan Al Allamah K. Mastur Rembang. Mereka semua berguru kepada Syekh Dahlan, semasa beliau di Tebuireng. Saat membantu sahabatnya, yaitu Syekh Hasyim Asy'ari. Atas perintah guru besarnya, Syekh Muhammad Kholil Bangkalan untuk mengajar dan berdakwah bersama sahabatnya itu di Tebuireng. Setelah kepulangan beliau dari Bagkalan- Madura.Follow Us:


Instagram: @atturats_official

Facebook : @At- Turats

Blog : At- Turast Official


Penulis: Achmad Dhani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mbah Mayang Madu: Pejuang Agama Asli Lamongan

Setetes Biografi Syekh Jamaluddin Subang