Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Sendang Bidadari: Tempat bertemunya Jaka Tarub dengan Dewi Nawang Wulan

Gambar
Sendang Bidadari adalah salah satu tempat keramat yang diyakini sebagai tempat mandi para bidadari. Sendang ini terletak kurang lebih satu kilometer dari makam Ki Ageng Tarub, di dusun Serman, desa Pojok, kecamatan Tawangharjo, Grobogan. Sendang ini juga yang menjadi tempat pertemuan antara Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan. Suatu ketika Jaka tarub melihat wanita mandi di Sendang, yang ternyata adalah bidadari. Jaka Tarub langsung mengambil salah satu pakaian mereka, kemudian dibawa pulang dan disimpan dibawah tumpukan padi (lumbung) ketan hitam. Jaka tarub kembali lagi ke Sendang dengan membawa pakaian ibunya. Setelah sampai di dekat sendang, para bidadari sudah terbang kembali ke nirwana. Tinggal satu yang masih mendekam ditepi sendang dengan lirih berkata : “Siapa yang bisa menolongku, jika perempuan saya jadikan saudari dan jika laki-laki saya jadikan suami.” Disaat itu Jaka tarub mendekati sambil menyodorkan pakaian ibunya. Setelah Dewi Nawang Wulan berpakaian, diajaklah ia pulang k...

Mengenal Asal Usul Nama Cilegon

Gambar
Asal usul nama Cilegon sendiri berasal dari kata ‘Ci atau Cai’ dan ‘Legon atau Melegon’. Dalam bahasa Sunda, kata ‘Cai’ memiliki arti ‘Air’, sementara ‘Legon’ memiliki arti ‘Lengkungan’. Jadi nama Cilegon diambil dari kubangan air atau rawa-rawa, sesuai dengan kondisi wilayahnya yang memiliki banyak rawa atau kubangan air. Cilegon merupakan salah satu daerah Industri di Provinsi Banten yang dikenal dengan kota Baja. Sebagai bagian dari Provinsi Banten yang terkenal sebagai pusat penyebaran agama Islam, Cilegon merupakan salah satu kota yang hingga kini masih menjaga budaya keislamannya. Hal itu terbukti dari Al Khairiyah yang masih berdiri, dan merupakan peninggalan pahlawan nasional Brigjen KH. Syam’un atas peristiwa bersejarah pada 1888, yang dikenal dengan Geger Cilegon. Geger Cilegon merupakan pemberontakan yang dipimpin oleh KH. Wasyid, kakek dari KH. Syam’un, atas dasar ketidakpuasan masyarakat dan para ulama atas kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan kolonial Belanda selam...

Setetes Biografi Syekh Jamaluddin Subang

Gambar
Makam Syekh Jamaluddin yang berlokasi di Desa Tanjungsari Kecamatan Cikaum Kabupaten Subang ini memiliki sejarah yang sangat jarang diketahui oleh penduduk sekitar maupun penduduk luar. Makam Syekh Jamaluddin, sebelum diperkenalkan/dipermaklumkan oleh Syekh Ali (kisaran tahun 1950) masyarakat saat itu menyebutnya sebagai makam karuhun. Syekh Ali ini merupakan tokoh ulama yang berprofesi selain pedagang juga seorang perekrut calon-calon jama'ah haji yang mengurus proses hajian dari keberangkatan hingga kepulangan, baik transportasi laut, darat, konsumsi, sampai penginapan. Karena di Tanjungsari saat itu dipandang banyak yang melaksanakan ibadah haji, maka Syekh Ali suatu ketika menunaikan keinginannya berkunjung ke Tanjungsari karena dilatar belakangi keyakinan bahwa suatu daerah yang bagus perkembangan syi'ar Islamnya biasanya di wilayah tersebut hidup atau disinggahi seorang waliyullah (orang istimewa). Sesampai di Tanjungsari, Syekh Ali minta diantar ziarah ke makam wal...

Jejak Sejarah Transmigran Jawa di Lampung

Gambar
 Berdasar etnisnya, menurut data dari pemerintah Lampung, ternyata persentase orang Jawa yang tertinggi, yakni 65,8 persen. Disusul Lampung 12,8 persen, Sunda 11,36 persen, Minangkabau 3,57 persen, Batak 2,13 persen, Bali 1,73 persen dan etnis lainnya 2,15 persen. Hal ini merupakan dampak transmigrasi yang sebetulnya dimulai sejak 1905 oleh Belanda dan dilanjutkan Republik Indonesia pada 1950.  Setelah transmigrasi berjalan tentu saja banyak pendatang lain datang dan para transmigran itu juga beranak pinak. Dari Teluk Betung orang-orang Jawa itu berjalan kaki ke Gedong Tataan selama dua hari. Tak ada kendaraan bermotor untuk mengangkut 815 orang yang terdiri atas 155 kepala keluarga (KK) beserta anggota keluarganya. Daerah-daerah yang mereka lalui masih sepi. Dalam buku Transmigrasi di Indonesia 1905-1985 (1986), Slamet Poerboadiwidjojo menulis, “Desa inti pertama dibangun pada tahun 1905 di Gedong Tataan, kira-kira 25 km di sebelah baratnya Tanjungkarang di pinggir jalan ke K...